Jumat, 08 September 2017

Alasan Mengapa Anak Indonesia Lebih Rentan Terkena Penyakit Kronis

Beban ekonomi Indonesia untuk biaya kesehatan diperkirakan akan meningkat seiring bertambahnya jumlah penderita penyakit kronis seperti penyakit jantung, kanker dan diabetes yang meningkat. Tiga penyakit kronis tersebut merupakan penyebab separuh jumlah kematian di Indonesia.

Menurut laporan WHO, beban ekonomi Indonesia untuk mengatasi ketiga penyakit tersebut mencapai US $ 7 miliar atau sekitar Rp93 triliun.

Luthfi Mardiansyah menjelaskan bahwa beban ekonomi juga tercermin pada klaim kesehatan BPJS berbasis penyakit, dimana penyakit kronis nonkomunis (NCD) berkontribusi 29,7 persen, Rp16,9 triliun. Dari jumlah tersebut, 13 persen berasal dari penyakit jantung, kanker lima persen dan 33 persen diabetes dan implikasinya.

"Biaya kesehatan akan meningkat di masa depan, dan ini merupakan tantangan di masa depan, terutama di daerah perkotaan dengan perubahan gaya hidup orang yang mendorong peningkatan penderita penyakit kronis," kata Luthfi di pernyataan resminya kepada VIVA.co .id, Kamis, 7 September 2017.

Dia memberi contoh gaya hidup kaum muda di daerah perkotaan karena mereka cenderung menderita penyakit kronis.

"Kami jarang mendengar penyakit jantung dan penyakit metabolik di bawah usia 40 tahun, sekarang berbeda sekarang karena prevalensi pre-diabetes di Jakarta hanya 37 persen, kebanyakan masih muda," katanya.

Menurutnya, dari tren ini Anda bisa melihat bahwa jika ini tidak ditangani dengan benar, ini akan terus menjadi diabetes kronis dan nantinya akan ditangani oleh BPJS Health.

"Jika tidak dikelola dengan baik, ini berpotensi gagal ginjal, dan kita bisa melihat bahwa hal itu akan membebani ekonomi, terutama biaya kesehatan dari anggaran kesehatan BPJS," katanya.

Sebagai salah satu solusi terbaik, Luthfi menjelaskan, upaya pencegahan harus diintensifkan untuk mengurangi beban ekonomi biaya kesehatan. "Program pencegahan yang inovatif perlu dikembangkan, untuk memberikan deteksi dini dan diagnosis," katanya.

Ia mencontohkan di lingkungan perusahaan, perlu diinisiasi upaya dan program kesehatan di lingkungan kerja, seperti gym, latihan pagi, pemberian cemilan sehat, medical checkups berkala. "Area kerja bebas rokok juga bisa menjadi upaya preventif," katanya.

Selain itu, lanjutnya, prakarsa lain seperti promosi perilaku konsumsi sehat bagi masyarakat dengan fokus pada pencegahan obesitas. Di sisi positifnya, prakarsa ini dapat membawa produsen makanan atau restoran untuk mengembangkan produk makanan sehat.

"Ini sudah dilakukan oleh Singapore Health Promotion Board," katanya.

Untuk kanker, tingkat Luthfi, perlu dilakukan program diagnosis dini dan pengobatan kanker. Di bawah program ini, masyarakat akan diperkenalkan dengan program skrining kanker dengan harga terjangkau. Selain itu, program ini harus dipupuk oleh program masyarakat penderita penyakit kronis, sehingga memberikan pendidikan yang lebih luas kepada masyarakat.

Dia menjelaskan, Caps Indonesia Sehat sebagai lembaga studi yang sedang mempelajari sistem kesehatan di Indonesia, jadi yang terbaik adalah mencoba menghasilkan pemikiran positif, sehingga biaya kesehatan bisa efisien dan mampu mengantisipasi tantangan kedepan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar